Minggu, 21 April 2013

Mimpiku dan realita kita

Mimpi itu kembali lagi, tepat setelah batin ini merindukan saat-saat bersama mereka. Kenangan dan penyesalanlah yang menghadirkan mimpi itu. Mimpi indah yang bertolak belakang dengan realita yang pahit. Harusnya waktu itu tidak ku biarkan ego ini merenggut kebersamaanku dengan mereka. Satu hal yang aku rasakan saat ini adalah penyesalan. Ketika semua yang indah tak mungkin lagi untuk kembali, ketika tawamu tergantikan oleh raut wajahmu yang penuh dengan tatapan kekecewaan. Itu semua membuatku takut. Tak bisakah kita kembali seperti dulu? Tertawa hingga perut ini sesak, bercerita hingga tak ada yang bisa menghentikan kita, melakukan hal-hal gila bersama ? kenapa itu semua hanya tercipta di dalam mimpi yang akan sirna ketika pagi menjelang? Bisakah aku memilih untuk hidup di dalam mimpi saja? Karena di sanalah aku temukan kebahagian yang ditemani oleh pelukan hangatmu.

Aku mohon terimalah maafku. Bahkan kata-kata itu tak cukup untuk meredam kekecewaan yang ada dalam benakmu. Meskipun kita berpijak di tanah yang sama, tak pernah ada kesempatan untuk kita saling bicara, seolah dunia menghendaki semua ini terjadi kepada kita. Aku menyesal membiarkan masalah ini terlalu lama, hingga membusuk dan sulit untuk diperbaiki. Itu semua membuatku selalu diliputi rasa bersalah dan merasa tidak tenang. Sampai kapan ini akan berakhir? jika memang kebersamaan kita hanyalah sebatas mimpi, dua hal yang aku minta maafkanlah aku dan menjauhlah dari mimpiku, karena itu semua hanya akan membuatku sakit dan semakin merasa bersalah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar